SEJARAH DAN FILOSOFI COKLAT MUDA - COKLAT TUA

Sebelum meleburnya pandu-pandu dalam Gerakan Pramuka, di Jakarta pernah terjadi banjir besar. Relawan dari banyak kepanduan yang ada saat itu bahu-membahu membantu evakuasi dan membersihkan lingkungan. Seragam yang mereka gunakan pun kotor oleh air lumpur yang terbawa banjir.
Setelah dileburnya pandu-pandu dalam Gerakan Pramuka, Sri Sultan HB IX (sebagai Ka. Kwarnas pertama) berdiskusi dengan Ir. Soekarno (Presiden RI) ditemani oleh ajudannya, H. Mutahar. Mereka memperbincangkan bagaimana sebaiknya seragam yang nantinya digunakan untuk para pramuka.
H. Mutahar angkat bicara dan mengingatkan kejadian waktu Presiden Soekarno dan Sri Sultan HB IX berdiri di atas jembatan sebuah sungai dan memperhatikan para pandu yang menjadi relawan. Awalnya seragam yang mereka kenakan bermaam-macam warnanya. Tetapi karena kotor oleh air sungai, semua menjadi satu warna "coklat muda". Ia, mengusulkan "bagaimana kalau seragam pramuka mengunakan warna coklat muda saja". Presiden Soekarno pun menyetujui gagasan tersebut. Selanjutnya untuk keserasian, warna celana dipilih warna coklat tua. Dengan pertimbangan filosofis, coklat muda adalah warna air yang menyatukan para pandu. Coklat muda juga merupakan warna air bercampur lumpur (humus) di persawahan yang menunjukkan kesuburan. Warna bawahan (celana/ rok) coklat tua menggambarkan warna tanah. Begitulah konon kisah pemilihan warna seragam pramuka. Pemilihan tersebut memiliki unsur pemersatu, filosofi yang baik dan tentunya disesuaikan dengan nilai estetika (keindahan) yang serasi.
Terima Kasih